Skip to main content

?

Kita disini,masih bersama,berkumpul,beriringan..
Saling berpegangan,bertatapan penuh nafsu duniawi untuk mencapai surgawi dengan cara manusiawi (really?)
akupun tak tahu,itu hanya imajinasi.lupakanlah!

didalamnya kita adalah serpihan kaca yg akan menggores bahkan memutuskan benang yang menarik dan menerbangkan kita.

ada pertanyaan yang tak butuh jawaban,
ada jawaban yg masih dipertanyakan
hingga akhirnya..
terlena,mempermudah kaca untuk menyakiti..

Aku tahu,kalian tahu,semua tahu.
Pertemuan dan perpisahan memiliki jarak dekat.

Tidak akan lama,sebentar lagi,
bersabarlah kawan,tenang,jangan khawatir, ayo tersenyum,
kita masih berdiri,utuh dengan 1 kepala,

jangan siakan keutuhan ini,
bersikaplah selayaknya kupu kupu yang lelah akan keheningan udara,
kita akan mendarat,jatuh,dan tersungkur..
Luka,tawa,pahit,sakit,hilang,gamang,
akan kita rasakan.

Bukan perpisahan,tapi pertemuan yg diulang,meski berbeda,terimalah!

Inilah wajah kita,wajah perubahan,
bunga atau daun kering
siapa yang tahu.

Comments

Popular posts from this blog

Akhir Aku

aku tergolek di pulau kapuk tak berdaya menunggu maut ku beliakkan biji mataku menatap kiri-kanan kosong melompong diatas ku tengok israil melebarkan senyumnya makin dekat .. makin kuat .. makin menjerat .. hingga uratpun ikut terasa serayanya aku berdendang laa ilaa ha ilallah laa ilaa ha ilallah laa ilaa ha ilallah Aku dijemput

Cara Senja Menjawab Cinta

Beberapa kali aku membolak balikkan tubuhku diatas kasur sambil memejamkan mata, tapi percuma. Masih saja tak kukenal kantuk sedikitpun. Jam digital yang terpajang apik diatas meja sudah menunjukkan pukul 03:45. Aku tahu, Senja yang telah menyita rasa kantukku. Benarkah? secepat itu? ini bisa saja terjadi. Senja? Ya, gadis yang baru kuajak kenalan di perpustakaan tadi siang. Gadis yang sebelumnya ku sebut anak sastra indonesia. Bagaimana tidak, sejak pertama kali aku melihat gadis itu, jelas-jelas ia sedang membaca buku-buku sastra. Ternyata aku salah, Senja adalah mahasiswi psikologi semester 2. Tapi mengapa ia membaca buku tentang sastra? Penelusuranku belum sampai sana.

Sapardi Tak Mendegarku

"tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni" begitu kata Sapardi Sapardi tak tahu setabah apa diriku. berdiri diatas benang bergoyang. ditambah harus ikhlas ditinggalkan―olehmu Ia tak lihat seberapa hapir gilanya aku yang tiap hari menangis diatas peti-mu Sekalipun jasadmu tak menghuninya "dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu" Aku melakukan hal yang sama Kini rinduku menjadi pedang bagiku sendiri Mungkin sebentar lagi akan memenggal kepala tuannya "tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu" Sapardi, hujan bulan juni-ku tak seindah larik sajakmu Suram, seperti yang dikatakan orang-orang di hadapanku Menggerus senyum "tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu "  kalimatku hanya terpenjara di tenggorokan Aku hampir mati melumat kalimatmu, mungkin aku akan b...