"tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni" begitu kata Sapardi
Sapardi tak tahu setabah apa diriku. berdiri diatas benang bergoyang. ditambah harus ikhlas ditinggalkan―olehmu
Ia tak lihat seberapa hapir gilanya aku yang tiap hari menangis diatas peti-mu
Sekalipun jasadmu tak menghuninya
"dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu"
Aku melakukan hal yang sama
Kini rinduku menjadi pedang bagiku sendiri
Mungkin sebentar lagi akan memenggal kepala tuannya
"tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu"
Sapardi, hujan bulan juni-ku tak seindah larik sajakmu
Suram, seperti yang dikatakan orang-orang di hadapanku
Menggerus senyum
"tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu "
kalimatku hanya terpenjara di tenggorokan
Aku hampir mati melumat kalimatmu, mungkin aku akan benar-benar mati setelah menelan kalimatku sendiri, Sapardi.
Sejauh ini, aku masih sial,
Sapardi tak mendengarku.
ahaaaa
ReplyDeletebeuhhh
ReplyDelete