Skip to main content

Cinta Alon-Alon


July memarkirkan mobilnya di sebuah kedai kopi yang biasa ia singgahi sehabis pulang kerja. Dulu Martin yang mengenalkannya pada kedai itu. Martin memang pecinta kopi. Ia ingat sekali ketika dirinya, Banyu dan Riana pertama kali kesini. Saat kedai ini menjadi saksi awal kedekatannya gengan pria itu. Ketika Martin mulai memanggilnya dengan sebutan sayang. July juga akan mendatangi tempat ini ketika ia merindukan pria yang masih ia cintai itu. Juga masih lekat di ingatannya ketika ia memergoki Martin berkencan dengan seorang wanita disini. Saat itu ia baru pulang dari kantornya. Ia sengaja mampir ke kedai tersebut untuk sekedar makan malam. Tapi nafsu makannya hancur sudah ketika
Martin bercanda begitu lepas dengan wanita itu. Langsung kembali ke mobilnya dan melaju kencang menuju rumahnya. Emosinya tak dapat ia kendalikan lagi. Ia langsung memutuskan Martin lewat pesan singkat. Tak setimpal memang dengan semua yang telah mereka berdua lalui selama 2tahun terakhir. Saat itu Martin mencoba memberi penjelasan, tapi seprrti wanita pada umumnya July tak au mendengarnya. Ia cukup terpukul dengan kejadian itu. Butuh waktu bertahun tahun baginya untuk melupakan Martin. Tak lama setelh mereka putus itu, Martin berpamitan untuk pergi ke Kanada untuk meneruskan studynya. July tak peduli.
"Peduli apa dia pake pamitan sama gue, Ri. Gue nggak peduli jug dia mau prrgi kek, mau jungkir balik kek. Itu bukan urusan gue juga, kan." Ujar July pada Riana yang berada diujung sana.
"Kalo gitu, berarti dia masih inget sama lo, Jul. Dia mau lo tau tentang dia. Tandanya di masih cinta sama lo." Ceramah Riana.
"Cih, cinta apaan. Ga guna."
"July..,July. Lo tuh selalu gitu kalo gue bilangin. Udah ah. Gue mau fitting baju dulu sama Banyu." telepon itu ditutup oleh Riana.
Ia akan segera menikah dengan Banyu. Padahal dulu rencananya July akan terlebih dahulu menikah. Tapi sekarang pria yang akan mengikat janji sehidup semati dengannya itu sudah mengkhianatinya.
***
"Tin, awal bulan depan gue mau nikah. Lo dateng dong?" undang Riana pada saat mengobrol dengan Martin via Skype.
"Awal bulan depan? 2 minggu lagi dong. Sama siapa Ri?" Martin balik bertanya.
"Ya sama Banyu laah. Lo harus dateng ya!" ujarnya.
"aduh,kayaknya nggak bisa deh Ri. Gue nggak bisa pulang. Gue lg sibuk2nya ngurusin ujian." jelas Martin.
"Yaah, lo nggak mau liat sahabat lo ini bahagia?" Bujuk riana sedikit memelas.
"Abis ujian ini gue bakal lama pulang ke Indonesia. Lo tunda aja pernikahannya 2bulan lg. Nanti gue bakal dateng. Hahhaa"
"Lu mau gue dimakan sama Banyu kali ya. Lo baru pulang 2bulan lagi? Ntar July keburu dilamar orang loh." goda Riana
"lo jagain dia buat gue dong. Dia nggak lagi deket sama cowok kan, Ri?" Martin khawatir.
"kayaknya dia masih nutup hatinya deh,Tin. Lo sih pake coba2 selingkuhin seorang July."
"waktu itu kan gue khilaf, Ri." ----
***

July mulai dekat dengan Zidan. Seorang direktur muda yang bekerjasama dengan perusahaan tempatnya bekerja. Pria itu baik, ia romantis, sangat menghargai kehadirannya. July mulai nyaman dengannya. Mereka sudah dekat sejak sebulan lalu.
Seperti biasanya, setiap malam minggu mereka pergi berdua. Malam minggu kali itu Zidan mengajak July ke acara ulang Tahun temannya. Saat semua orang sedang menikmati malam itu, Zidan menggapai mikrofon,
"Guys, minta perhatiannya bentar dong."
Seluruh tamu di ruangan itu memusatkan perhatiannya pada Zidan. Begitu juga July.
"Ehhem.. Malam ini gue mau nyampein sesuatu buat seorang cewek yang duduk disana. Namanya July." Ujarnya sambil menunjuk kearah July. "Dia cewek yang berhasil buat gue insomnia beberapa minggu ini." 
Pipi July memerah. Ia tak tahu harus bagaimana. Zidan mendekat ke kursinya.
"July, aku sayang sama kamu! Please be my lady." ujar Zidan sambil mengeggam tangan July.
July speechless. Mulutnya seakan terkunci dengan tindakan Zidan. Tanpa sadar ia mengangguk. Pipinya makin merah. Malu,bahagia, ingin melayang. Perasaan itu bercampur dihatinya. Ia terdiam dalam pelukan Zidan. Tiba-tiba bayangan Martin melintas di benaknya. Membuat ia membalas pelukan hangat Zidan. Dalam pelukan itu Zidan berbisik "kamu cinta pertamaku, loh." July tersenyum mendengarnya. Ia berusaha meyakinkan hatinya pada Zidan walaupun jauh dalam lubuk hatinya ia masih mencintai Martin.

to be continued :)

Comments

Popular posts from this blog

Cara Senja Menjawab Cinta

Beberapa kali aku membolak balikkan tubuhku diatas kasur sambil memejamkan mata, tapi percuma. Masih saja tak kukenal kantuk sedikitpun. Jam digital yang terpajang apik diatas meja sudah menunjukkan pukul 03:45. Aku tahu, Senja yang telah menyita rasa kantukku. Benarkah? secepat itu? ini bisa saja terjadi. Senja? Ya, gadis yang baru kuajak kenalan di perpustakaan tadi siang. Gadis yang sebelumnya ku sebut anak sastra indonesia. Bagaimana tidak, sejak pertama kali aku melihat gadis itu, jelas-jelas ia sedang membaca buku-buku sastra. Ternyata aku salah, Senja adalah mahasiswi psikologi semester 2. Tapi mengapa ia membaca buku tentang sastra? Penelusuranku belum sampai sana.

Akhir Aku

aku tergolek di pulau kapuk tak berdaya menunggu maut ku beliakkan biji mataku menatap kiri-kanan kosong melompong diatas ku tengok israil melebarkan senyumnya makin dekat .. makin kuat .. makin menjerat .. hingga uratpun ikut terasa serayanya aku berdendang laa ilaa ha ilallah laa ilaa ha ilallah laa ilaa ha ilallah Aku dijemput