Skip to main content

belum pantas disebut 'kita'

Aku tak bisa tidur malam ini. Gelisah, ingat kamu. Seseorang yang aku temui seminggu lalu. Baru 2 kali bertemu. Secara kebetulan. Tidak sengaja. Di sebuah toko di pusat perbelanjaan. Ini memang konyol. Aku memikirkan seseorang yang tak ku kenal sama sekali. Hanya sempat dua kali bertatap muka. Wanita itu tinggi jangkung, putih, matanya bersinar. Aku tak mengerti mengapa hal ini mampir ke benakku. Aku tak kenal dia. Dia juga begitu.



Mungkin ini yang dinamakan jatuh cinta,kemudian melahirkan rindu, membunuh sepi dan menantang nyali. Apa sebab dari semua peristiwa ini? kamu. Ya, wanita yang belum ku kenal, belum sempat aku jabat tangannya. Belum sempat kuberitahu tentang rahasia terbesar tentang semua perasaan konyol ini. Tentang tersangka dalam kasus insomnia yang ku tanggung. Tentang rasa yang aneh ini. Tentangku. Tentang kemelaratan hati ini memikirkanmu. Tentang semua yang tak kumengerti. Tentang kamu yang membuatku gila. Tentang kisah yang tak berawal, tentang jalan yang tak berujung. Tentang kita. walaupun belum pantas disebut 'kita'.

Comments

Popular posts from this blog

Sapardi Tak Mendegarku

"tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni" begitu kata Sapardi Sapardi tak tahu setabah apa diriku. berdiri diatas benang bergoyang. ditambah harus ikhlas ditinggalkan―olehmu Ia tak lihat seberapa hapir gilanya aku yang tiap hari menangis diatas peti-mu Sekalipun jasadmu tak menghuninya "dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu" Aku melakukan hal yang sama Kini rinduku menjadi pedang bagiku sendiri Mungkin sebentar lagi akan memenggal kepala tuannya "tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu" Sapardi, hujan bulan juni-ku tak seindah larik sajakmu Suram, seperti yang dikatakan orang-orang di hadapanku Menggerus senyum "tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu "  kalimatku hanya terpenjara di tenggorokan Aku hampir mati melumat kalimatmu, mungkin aku akan b...

Maaf: Balasan Untuk Dygta

Cerita Sebelumnya:  Pertanyaan Untuk Fa Kabarku baik, Dygta. Aku juga selalu berharap kau baik-baik saja. Tidak, sekarang aku kembali tinggal di Jogja. Waktu itu aku hanya berlibur disana. Maaf, Dygta. Aku tahu itu hal yang salah. Pergi diam-diam darimu. Sebenarnya juga berusaha pergi diam-diam dari hatimu. Maaf. Ada alasan yang sangat ingin kuberitahu padamu waktu itu. Kau terlalu sayang padaku. Kau sudah terlalu banyak berkorban untukku. Aku takut tak bisa membalas semua yang kau beri.

Akhir Aku

aku tergolek di pulau kapuk tak berdaya menunggu maut ku beliakkan biji mataku menatap kiri-kanan kosong melompong diatas ku tengok israil melebarkan senyumnya makin dekat .. makin kuat .. makin menjerat .. hingga uratpun ikut terasa serayanya aku berdendang laa ilaa ha ilallah laa ilaa ha ilallah laa ilaa ha ilallah Aku dijemput