Skip to main content

kurasa, aku tak perlu ...



Seharusnya aku tak berharap banyak dengan hubungan ini. aku telah salah dengan semua hati yang kau titipkan, namun akhirnya kau ambil lagi tanpa izin dariku. aku sudah tak percaya dengan semua teori jatuh cinta. itu kesalahan pertama yang kubuat: percaya pada pandangan mata.
cinta itu bukan hanya masalah 'dari mata turun ke hati' dimana kata otak sama sekali tak berperan disana. tapi bukankah otak dan hati adalah partner kerja yang solid? aku terus mempermasalahkan hal yang dibantah semua orang.

maaf untuk kamu yang pernah menjadi 'korban dadakan' hatiku dan sesuatu yang 'mengalir' dari mata turun ke hati itu. aku tak sengaja melakukannya, sampai-sampai candu dan meneruskannya sejauh ini. mengurangi waktu tidurmu hanya agar aku tak melempar rengutan yang sering mengubah mood-mu. menguras waktu senggangmu saat aku terus menanyakan kabar. maklum, aku hanya pemula yang terobsesi menjadi profesional dalam hal yang bukan bidangku sama sekali. seringkali aku menerima "tamparan" dari ucapanmu yang geram akan semua PING!!! yang kau terima di BB -mu. maaf ya, aku hanya kelewat khawatir. kan sudah kubilang, aku terlalu terobsesi-- rasanya tak perlu kuulang.

***

jangan berkata seperti itu lagi! aku tak pernah meminta kamu mengacuhkan 'masalah' kita. bagiku, kamulah yang membuat kapas-kapas itu menjadi benang. jangan berhenti sampai disini saja. aku tak suka dengan pekerjaan yang setengah-setengah ini. jangan sampai aku memaksamu untuk bekerja dua kali.

kamu tak pernah mempermasalahkan bagaimana jalan yang ia tempuh agar menuju hati manusia kosong seperti aku. kamulah yang mengisinya pelan-pelan. aku sangat menyukainya. jangan hanya karena sebuah coretan tak sengaja lantas kamu ingin menghentikan tulisanmu.

aku tak pernah risih diperhatikan. memang sih, kadang semua yang kamu berikan melebihi mamaku. tapi kalian tentunya tak sama. teruskanlah menikmati kesenangan ini. aku tak apa begini. toh, tak ada parasit antara kita. aku masih menyebut aku dan kamu dengan kata itu. itu menggambarkan arti luas. salah satunya aku masih mau berjuang demi sebutan yang kau kutipkan tadi. hanya saja kuharap bukan hanya aku yang keukeuh begini. tapi (kembali lagi), kita. aku dan kamu. bukan aku atau kamu.
yang benar saja, aku tak cukup banci untuk kasar dengan wanita. dan jahatku tak sempurna untuk buatmu kecewa.

kurasa, aku tak perlu pergi untuk kembali atau tetap tinggal untuk menunggu. jika aku melakukannya, aku ingin kamu menemaniku. karena berjuang sendirian itu tak menggambarkan 'dari mata turun ke hati' seperti yang kau sebut. mungkin akan tersendat di otakku saja. jangan biarkan itu :)

Comments

Popular posts from this blog

Sapardi Tak Mendegarku

"tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni" begitu kata Sapardi Sapardi tak tahu setabah apa diriku. berdiri diatas benang bergoyang. ditambah harus ikhlas ditinggalkan―olehmu Ia tak lihat seberapa hapir gilanya aku yang tiap hari menangis diatas peti-mu Sekalipun jasadmu tak menghuninya "dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu" Aku melakukan hal yang sama Kini rinduku menjadi pedang bagiku sendiri Mungkin sebentar lagi akan memenggal kepala tuannya "tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu" Sapardi, hujan bulan juni-ku tak seindah larik sajakmu Suram, seperti yang dikatakan orang-orang di hadapanku Menggerus senyum "tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu "  kalimatku hanya terpenjara di tenggorokan Aku hampir mati melumat kalimatmu, mungkin aku akan b...

Maaf: Balasan Untuk Dygta

Cerita Sebelumnya:  Pertanyaan Untuk Fa Kabarku baik, Dygta. Aku juga selalu berharap kau baik-baik saja. Tidak, sekarang aku kembali tinggal di Jogja. Waktu itu aku hanya berlibur disana. Maaf, Dygta. Aku tahu itu hal yang salah. Pergi diam-diam darimu. Sebenarnya juga berusaha pergi diam-diam dari hatimu. Maaf. Ada alasan yang sangat ingin kuberitahu padamu waktu itu. Kau terlalu sayang padaku. Kau sudah terlalu banyak berkorban untukku. Aku takut tak bisa membalas semua yang kau beri.

Akhir Aku

aku tergolek di pulau kapuk tak berdaya menunggu maut ku beliakkan biji mataku menatap kiri-kanan kosong melompong diatas ku tengok israil melebarkan senyumnya makin dekat .. makin kuat .. makin menjerat .. hingga uratpun ikut terasa serayanya aku berdendang laa ilaa ha ilallah laa ilaa ha ilallah laa ilaa ha ilallah Aku dijemput