Hai, Bil. Bagaimana kabarmu sekarang? Baik kah? Buruk
kah? Aku ikut berduka atas apa yang terjadi. Aku tak bisa datang, akhir-akhir
ini bos ku begitu kejam. Aku lembur hampir setiap hari.
Bil, jangan bersedih, aku tahu rasanya seberapa sakitnya sebuah
kehilangan. Aku juga pernah mengalaminya. Kau tahu itu, tentu saja. Jangan berhenti, Bil. Teruslah berjalan,
hingga tak kau rasakan lagi bagaimana lelahnya, hingga tak kau sadari bagaimana
peluhmu mengering kusami wajahmu , atau bahkan tak kau kenal lagi cara
menangis.
Itulah caraku menghilangkan rasa kehilangan yang kualami.
Aku hanya berbagi. Cobalah jalani. Jangan berhenti. Jika kau lelah, ingat, kau
tak punya banyak waktu untuk perjalanan panjang ini.
Ohya, bagaimana kabar ayah dan ibu?sudah lama sekali aku
tak mencicipi masakan ibu, aku hampir saja lupa rasanya. Kau bisa hitung berapa
lama aku tak menginjak rumah itu lagi. Tapi tenag, aku telah menyimpannya,
untuk berjaga-jaga jika saja aku lupa. Bagamiana dengan ayah? Kudengar kondisinya
sudah tak sebaik dulu, saat aku sering menemaninya bermain catur di teras
belakang. Ingatkan dia untuk mengurangi kopi dan rokoknya. Sebisa mungkin ajak
ia olahraga saat weekend.
Maaf, aku tak bisa cerita panjang lebar, aku hanya ingin
pastikan kalian baik-baik saja.
Untukmu, Bil, Tuhan menyimpan hadiah yang tak kalah hebat,
yang benar-benar jodohmu. Melangkahlah terus, nanti diujung jalan kau kan
menenmukannya.
Sudah dulu ya, kami sekeluarga mau berangkat ke gereja,
anakku di baptis hari ini. Kau, ingatkan adik-adik untuk sholat, mendoakan ayah
ibu terus sehat dan umur panjang.
Salam,
Bernedhita Annisa. M
Jika kudoakan kalian, sampaikah doaku? Kita tak lagi berdoa pada Tuhan yang sama.
Comments
Post a Comment