Skip to main content

Titip Doaku, Bil

Hai, Bil. Bagaimana kabarmu sekarang? Baik kah? Buruk kah? Aku ikut berduka atas apa yang terjadi. Aku tak bisa datang, akhir-akhir ini bos ku begitu kejam. Aku lembur hampir setiap hari.
Bil, jangan bersedih, aku tahu rasanya seberapa sakitnya sebuah kehilangan. Aku juga pernah mengalaminya. Kau tahu itu, tentu saja. Jangan berhenti, Bil. Teruslah berjalan, hingga tak kau rasakan lagi bagaimana lelahnya, hingga tak kau sadari bagaimana peluhmu mengering kusami wajahmu , atau bahkan tak kau kenal lagi cara menangis.
Itulah caraku menghilangkan rasa kehilangan yang kualami. Aku hanya berbagi. Cobalah jalani. Jangan berhenti. Jika kau lelah, ingat, kau tak punya banyak waktu untuk perjalanan panjang ini.
Ohya, bagaimana kabar ayah dan ibu?sudah lama sekali aku tak mencicipi masakan ibu, aku hampir saja lupa rasanya. Kau bisa hitung berapa lama aku tak menginjak rumah itu lagi. Tapi tenag, aku telah menyimpannya, untuk berjaga-jaga jika saja aku lupa. Bagamiana dengan ayah? Kudengar kondisinya sudah tak sebaik dulu, saat aku sering menemaninya bermain catur di teras belakang. Ingatkan dia untuk mengurangi kopi dan rokoknya. Sebisa mungkin ajak ia olahraga saat weekend.
Maaf, aku tak bisa cerita panjang lebar, aku hanya ingin pastikan kalian baik-baik saja.
Untukmu, Bil, Tuhan menyimpan hadiah yang tak kalah hebat, yang benar-benar jodohmu. Melangkahlah terus, nanti diujung jalan kau kan menenmukannya.
Sudah dulu ya, kami sekeluarga mau berangkat ke gereja, anakku di baptis hari ini. Kau, ingatkan adik-adik untuk sholat, mendoakan ayah ibu terus sehat dan umur panjang.

Salam,

Bernedhita Annisa. M


Jika kudoakan kalian, sampaikah doaku? Kita tak lagi berdoa pada Tuhan yang sama.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Senja Menjawab Cinta

Beberapa kali aku membolak balikkan tubuhku diatas kasur sambil memejamkan mata, tapi percuma. Masih saja tak kukenal kantuk sedikitpun. Jam digital yang terpajang apik diatas meja sudah menunjukkan pukul 03:45. Aku tahu, Senja yang telah menyita rasa kantukku. Benarkah? secepat itu? ini bisa saja terjadi. Senja? Ya, gadis yang baru kuajak kenalan di perpustakaan tadi siang. Gadis yang sebelumnya ku sebut anak sastra indonesia. Bagaimana tidak, sejak pertama kali aku melihat gadis itu, jelas-jelas ia sedang membaca buku-buku sastra. Ternyata aku salah, Senja adalah mahasiswi psikologi semester 2. Tapi mengapa ia membaca buku tentang sastra? Penelusuranku belum sampai sana.

Akhir Aku

aku tergolek di pulau kapuk tak berdaya menunggu maut ku beliakkan biji mataku menatap kiri-kanan kosong melompong diatas ku tengok israil melebarkan senyumnya makin dekat .. makin kuat .. makin menjerat .. hingga uratpun ikut terasa serayanya aku berdendang laa ilaa ha ilallah laa ilaa ha ilallah laa ilaa ha ilallah Aku dijemput