Skip to main content

Juni Tak Pernah Berharap Hujan Datang

Juni tak pernah perhatian tentang teduh yang menyelimuti matamu
Ia hanya peduli dengan ujian akhir-nya yang menguras tenaga
Bahkan bila kau meneleponnya saat lewat tengah malam, masih didengarnya

Juni tak pernah mau tahu tentang siapa yang menggenggam tanganmu tadi malam
Sekalipun kau datang dan menangis, takkan ia berpaling walau sepersekian detik
Ia terus bersandar pada kursi

Juni selalu ingin rindunya segera musnah
Tak peduli seberapa kuat kau bertahan hingga jera
Ia tak pernah menganggapmu ada
Meski jam leleah berputar temanimu menunggunya

Juni tak kan pernah sadar kau duduk disampingnya
Ia hanya akan menantap ke luar jendela yang basah

Juni tak pernah berharap hujan datang padanya

Comments

Popular posts from this blog

Cara Senja Menjawab Cinta

Beberapa kali aku membolak balikkan tubuhku diatas kasur sambil memejamkan mata, tapi percuma. Masih saja tak kukenal kantuk sedikitpun. Jam digital yang terpajang apik diatas meja sudah menunjukkan pukul 03:45. Aku tahu, Senja yang telah menyita rasa kantukku. Benarkah? secepat itu? ini bisa saja terjadi. Senja? Ya, gadis yang baru kuajak kenalan di perpustakaan tadi siang. Gadis yang sebelumnya ku sebut anak sastra indonesia. Bagaimana tidak, sejak pertama kali aku melihat gadis itu, jelas-jelas ia sedang membaca buku-buku sastra. Ternyata aku salah, Senja adalah mahasiswi psikologi semester 2. Tapi mengapa ia membaca buku tentang sastra? Penelusuranku belum sampai sana.

Akhir Aku

aku tergolek di pulau kapuk tak berdaya menunggu maut ku beliakkan biji mataku menatap kiri-kanan kosong melompong diatas ku tengok israil melebarkan senyumnya makin dekat .. makin kuat .. makin menjerat .. hingga uratpun ikut terasa serayanya aku berdendang laa ilaa ha ilallah laa ilaa ha ilallah laa ilaa ha ilallah Aku dijemput